RSS2.0

REKAYASA PEMADATAN DAN PENGAWETAN KAYU NONKOMERSIAL MENGGUNAKAN LIMBAH OLI BEKAS UNTUK BANGUNAN PERTANIAN

Jumat, 18 November 2011


Efek dari pemanasan global, ilegal loging dan pembakaran hutan mengakibatkan semakin langkanya hasil hutan, terutama kayu. Kayu merupakan salah satu kebutuhan manusia, walaupun semakin langka, namun masih diminati sebagian orang untuk bahan konstruksi bangunan. Semakin minimnya persediaan kayu dari hutan, ditambah mutu dari kayu tersebut yang menurun, baik dari keawetan, maupun kekuatannya. Semakin sedikit kayu, maka semakin sedikit kayu yang bermutu. Untuk itu diperlukan suatu teknologi yang mampu mengatasi masalah ini.

Pemadatan kayu adalah salah satu usaha untuk meningkatkan kekuatan dan keawetan kayu dengan cara mengempa papan kayu menjadi lebih padat, sehingga kekuatan kayu akan meningkat karena lebih padat dari seblumnya. Pemadatan kayu dapat dilakukan dengan dua langkah utama, yaitu perlakuan perendaman, perebusan dan pengukusan agar kayu tersebut bersifat plastis dan perlakuan pemadatan pada arah tegak lurus serat. Pemadatan kayu dipengaruhi oleh jenis kayu, plastisitas kayu, kadar air, suhu kempa, dan besamya tekanan kempa.

Perlakuan-perlakuan tersebut diharapkan akan meningkatkan sifat fisik, sifat mekanik kayu terpadatkan dan berkualitas tinggi. Kualitas yang dimaksud adalah kemudahan proses
pemadatan, stabilitas dimensi, keseragaman dan peningkatan kekuatan papan kayu, kehalusan corak permukaan papan dan fiksasi permanen.

Suatu teknologi yang diharapkan meningkatkan kualitas kayu akan diteliti rekayasa pemberian limbah oli bekas pada proses pemadatan dan pengawetan kayu non-komersial sebagai bahan bangunan pertanian. Oli bekas merupakan fluida hasil penggunaan dari kendaraan bermotor yang sudah tidak terpakai lagi, dan jumlah cukup banyak di sekitar kita. Oli bekas yang tidak terpakai ini cenderung menjadi limbah bagi Iingkungan, khususnya ekosistem tanah dan air. Oleh karena itu akan diteliti untuk dimanfaatkan penggunaannya sebagai bahan pemadatan kayu-kayu non komersial.

Penggunaan limbah oli bekas sebagai bahan pemadatan dan pengawetan kayu-kayu tersebut diharapkan mampu meningkatkan kekuatan dan keawetan kayu terhadap serangan serangga (rayap), cendawan, serta mampu meningkatkan kelas kuat dan awet dari kayu-kayu nonkomersial tersebut. Sehingga diharapakan dengan peningkatan kelas kuat dan awet dari kayu-kayu non-komersial dapat menggantikan kayu-kayu yang ada di pasaran.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses perebusan atau pemasakan kayu menggunakan oli bekas terhadap sifat fisik dan mekanik serta ketahanannya terhadap serangan rayap (serangga) pada kayu-kayu non-komersial, dan menentukan kemungkinan penggunaan kayu ncn-komersial untuk keperluan konstruksi berdasarkan peningkatan sifat fisik dan mekaniknya.

Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian adalah kayu jenis kelas IV, yaitu kayu Sengon dan Dadap. Masing-masing dari kayu tersebut mengalami dua perlakuan. Perlakuan I, kayu
telah direbus selama 3 jam menggunakan Oli Bekas baik untuk kayu Dadap dan Sengon.

Perlakuan II, kayu tidak diperlakukan seperti pada perlakuan I (apa adanya).

Kayu-kayu tersebut (baIk I dan II) akan diuji secara fisik dan biologi. Pengujian secara fisik (mekanik) yaitu menggunakan alat uji Strain Gauge. Pada uji mekanik ini ada 4 uji yang
dilakukan, yaitu : Uji Lentur, Uji Tekan, Uji Geser, dan Uji Desak Baut. Sedangkan untuk uji secara biologi dilakukan dengan cara memasukkan kayu (baIk I dan II) ke dalam koloni rayap.

Uji geser terlihat bahwa MOR (beban yang dapat dipikul suatu gelegar) pada uji geser kayu dadap dengan oli Iebih kecil dari kayu dadap tanpa direbus dengan oli. Modulus young (ketahanan terhadap
pemanjangan atau pemendekan) kayu yang diberi oli Iebih rendah dibandingkan kayu tanpa oli.
Uji tekan terilhat bahwa MOR (beban yang dapat dipikul suatu gelegar) pada uji tekan kayu
yang direbus dengan oli Iebih tinggi dari pada yang tidak dioli. Modulus young (ketahanan terhadap
peinanjangan atau pemendekan) kayu yang diberi oli Iebih rendah dibandingkan yang tanpa diberi oli, kecuali kayu sengon. Hai ini disebabkan pada sengon yang diberi oli, sifat ketahanan kayu terhadap pemanjangan atau pemendekan disebabkan banyaknya oli yang masuk ke dalam pada kayu sengon.
Sehingga kayu bersifat lentur.

Dari uji lentur terlihat bahwa MOR (beban yang dapat dipikul suatu gelegar) pada uji lenturkayu dadap yang diberi oli lebih besar di bandingkan dengan yang tidak diberi oli dan pada kayu sengon hampir sama. MOE (ketahanan terhadap pembengkokan) mempunyai kekuatan hampir sama.

Dan uji desak baut terlihat bahwa MOR (beban yang dapat dipikul suatu gelegar)pada uji desak baut kayu dadap yang diberi oli lebih besar 4 (empat ) kali dibandingkan kayu dadap
tanpa diber oli. sedangkan pada sengon sama seperti kayu dadap. Modulus young (ketahanan terhadap pemanjangan atau pemendekan ) pada kayu dadap yang diberi oli lebih besar sedang kan pada kayu sengon 2 (dua) kali len besar kayu yang diberi oil dibandingkan yang tidak diberi.

Kayu yang di uji pada pengawetan kayu di letakan pada koloni rayap. Lamanya pengujian selama 3 bulan yang diamati tiap 1 minggu. Jumlah persen kayu dihitung dari berat kayu awal
yang dikurangi jika terjadi perubahan pengurangan kayu akibat dimakan rayap dikalikan dengan 100%. Dari uji terlihat bahwa kayu yang tidak diberi oli mengalami penyusutan 43% berat dibandingkan dengan yang tidak diberi oli hal ini disebabkan kayu yang tidak diberi oli
mengalami pengurangan jumlah selulosanya di dalam kayu akibat dari rayap memakan/mengambil selulosanya sebagai bahan makanannya. Sedangkan kayu diberi oli baik sengon maupun dadap tidak mengalami kerusakan sama sekali hal ini disebabkan oli yang masuk ke dalam kayu melalui tracheid kayu melapisi sekeliling selulosa di dalam kayu karena rnerupakan bahan minyak yang menyebabkan kernatian pada rayap.

1 komentar:

Didik mengatakan...

Terimakasih informasinya pak.
Apakah boleh saya ambil ilmu tentang kayu ini?