Rayap adalah kelompok serangga yang memiliki kemampuan mencerna selulosa, yaitu produk alami yang banyak terdapat di alam misalnya pada kayu, daun, batang, kertas, dan karton. Kayu-kayu dari pohon yang masih hidup biasanya tidak diserang oleh rayap, namun kayu yang telah mati, cabang dan ranting, rumput kering, daun, biji, humus, kotoran hewan, dan kertas karton, mudah diserang oleh rayap. Rayap berperan sangat penting sebagai pengurai dalam mendaur ulang material kayu dan tanaman sehingga dapat menyuburkan tanah dan memperbaiki aerasi tanah.
Usaha pengendalian rayap dengan mencegah datangnya rayap ke dalam bangunan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengendalian prakonstruksi dan pascakonstruksi. Menurut Nandika, Rismayadi, Diba (2003), tindakan pengendalian prakonstuksi meliputi penggunaan kayu awet atau diawetkan, penghalang fisik, dan penghalang kimia sedangkan pengendalian pascakonstruksi dapat dilakukan dengan aplikasi perlakuan bahan kimia pada tanah dan kayu, penggunaan umpan beracun, dan pengendalian hayati rayap menggunakan musuh alami.
Pengendalian tersebut didominasi oleh penggunaan bahan kimia (insektisida). Beberapa jenis bahan kimia bersifat yang racun pada organisme perusak kayu juga dapat berbahaya terhadap manusia maupun binatang karena baunya yang keras, bersifat korosif terhadap metal, dan tidak stabil pada penyikapan diudara terbuka (Tobing 1977 dalam Sitepu 2003). Penggunaan bahan kimia tersebut secara terus menerus dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang pada manusia.
Berdasarakan percobaan yang dilakukan oleh El Grauth et al. (1992) dalam Prasetiyo dan Yusuf (2005), kitosan mampu meningkatkan derajat ketahanan kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi kitosan. Sifat trofalaksis rayap dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan rayap menggunakan kitosan. Kitosan bekerja sebagai racun perut, sehingga dapat mengganggu kinerja protozoa dalam sistem pencernaan rayap dan secara perlahan akan mematikan rayap.
Kitosan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengawetkan kayu. Selain ramah terhadap lingkungan, bahan baku limbah golongan crustacea khususnya rajungan juga mudah didapatkan sehingga sumber daya lokal yang selama ini dimiliki dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan kimia.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan penggunaan kitosan dari limbah kulit rajungan sebagai salah satu altenatif untuk mengawetkan kayu dibadingkan dengan penggunaan bahan kimia dan menentukan teknik pengawetan yang paling tepat untuk memperpanjang masa awet kayu.
Senyawa kitosan yang berasal dari limbah kulit rajungan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pengawet kayu untuk meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus.
Limbah kulit rajungan sebagai salah satu sumber daya lokal dapat dimanfaatkan untuk bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan kimia.
0 komentar:
Posting Komentar